Headline
Kabar Daerah
Tangerang
0
H. Bacung Murka, Lapak Tuak Bebas Berjualan di Bulan Ramadan
TANGERANG, InovasiNews.Com - Balaraja tengah diuji. Di bulan suci Ramadan, ketika umat Islam berlomba-lomba meningkatkan ibadah, justru ada segelintir pihak yang diduga terang-terangan menodai kesucian bulan penuh berkah ini.
Sebuah lapak tuak yang berdiri tepat di samping PT. Seiwa Logistics Indonesia masih bebas beroperasi, bahkan sejak awal Ramadan hingga saat ini. Pemandangan ini memicu kemarahan umat Islam, termasuk Ketua Mac LMPI Balaraja, H. Ucu Samsu Komar atau yang akrab disapa H. Bacung.
Dalam pernyataan tegasnya, H. Bacung mengecam keras keberadaan lapak ini. “Ini bukan hanya masalah pelanggaran norma agama, tetapi juga soal penghormatan terhadap masyarakat Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Di mana rasa hormat mereka?” ujarnya dengan nada geram.
Masyarakat Muslim yang taat tentu berhak menjalankan ibadahnya dengan tenang, tanpa godaan maksiat yang diduga dibiarkan merajalela. Keberadaan lapak tuak yang beroperasi terang-terangan di bulan Ramadan bukan hanya bentuk ketidakpedulian, tetapi juga bisa dianggap sebagai pelecehan terhadap nilai-nilai Islam yang dijunjung tinggi oleh mayoritas masyarakat Balaraja.
Dalam Islam, menutup pintu maksiat adalah kewajiban bersama. Jika ada kemungkaran, umat diperintahkan untuk mencegahnya dengan tangan, lisan, atau setidaknya dengan hati dan itulah selemah-lemahnya iman. Namun, bagaimana jika pihak yang seharusnya berwenang justru diduga membiarkan hal ini terjadi? Apakah umat harus terus bersabar sementara kemungkaran tumbuh subur di hadapan mereka?
H. Bacung menuntut agar semua pihak yang bertanggung jawab segera bertindak. Ketua MUI diminta angkat suara, Satpol PP harus bergerak, aparat keamanan tidak boleh berpangku tangan, dan pemerintah daerah baik kelurahan maupun kecamatan wajib menunjukkan keberpihakan kepada kebaikan. Bahkan, ormas-ormas Islam pun perlu bersatu untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Ramadan adalah bulan yang seharusnya penuh keberkahan, bukan ajang bagi para pelaku maksiat untuk mengeruk keuntungan tanpa memikirkan dampaknya bagi masyarakat. Jika satu pelanggaran dibiarkan, maka akan muncul pelanggaran lainnya. Dan ketika kemungkaran tidak ditindak, ia akan menjadi kebiasaan.
Ketegasan aparat dalam hal ini menjadi pertanyaan besar. Jangan sampai muncul dugaan bahwa hukum hanya tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas. Jika penjual kaki lima bisa ditertibkan tanpa kompromi, mengapa penjual tuak yang jelas-jelas mencederai kesucian Ramadan malah dibiarkan?
Masyarakat Balaraja menunggu tindakan nyata. Jika pemerintah dan aparat tidak segera bertindak, jangan salahkan jika umat bergerak sendiri untuk menegakkan ketertiban. Jangan biarkan ketidakadilan ini menjadi bara yang membakar kepercayaan rakyat terhadap pihak berwenang.
Islam mengajarkan kasih sayang, tetapi juga ketegasan dalam menghadapi kemungkaran. Jangan biarkan Ramadan yang seharusnya menjadi bulan penuh ampunan dan keberkahan justru ternoda oleh dugaan pembiaran terhadap maksiat yang nyata di depan mata.
Semoga Allah memberikan hidayah kepada semua pihak agar segera bertindak demi menjaga kehormatan Islam dan ketenangan umat. Jika hari ini kita lalai, jangan salahkan jika di masa depan moralitas semakin tergerus dan kemaksiatan menjadi hal yang lumrah. Wallahu a’lam. (Oim)
Via
Headline