RM Ampera Saiyo Cisauk, Menjaga Keberkahan Ramadan dengan Tidak Menjual Nasi di Siang Hari
TANGERANG, InovasiNews.Com – Di tengah pesatnya bisnis kuliner yang semakin kompetitif, masih ada pengusaha yang teguh mempertahankan prinsipnya. Uda Agus, pemilik Rumah Makan (RM) Padang Ampera Saiyo di Kabupaten Tangerang adalah salah satunya.
Selama puluhan tahun, Ia berpegang teguh pada nilai-nilai Islam dalam menjalankan usahanya. Salah satu prinsip yang Ia pegang erat selama bulan Ramadan adalah tidak menjual nasi sebelum waktu berbuka puasa.
“Saya sudah berpuluh tahun menjalankan prinsip ini. Selama Ramadan, saya tidak menyediakan nasi sebelum waktu berbuka. Kalau ada yang ingin membeli lauk untuk berbuka, silakan. Tapi kalau ingin makan di tempat atau membawa nasi bungkus, itu hanya bisa setelah maghrib hingga sahur,” ujar Uda Agus dengan penuh keyakinan.
Keputusan ini bukan sekadar kebijakan bisnis, melainkan bentuk penghormatan terhadap bulan suci. Di saat banyak restoran tetap beroperasi seperti biasa, Uda Agus memilih jalan berbeda, menjaga suasana Ramadan dengan membatasi penjualan makanan agar tidak menjadi godaan bagi mereka yang sedang berpuasa.
Uda Agus mengelola dua rumah makan yang cukup dikenal di wilayah Tangerang, di antaranya Ampera Saiyo 1 di Jl. Raya Serpong Rumpin No.28, Sampora, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten, dan Ampera Saiyo 2 di Jl. Raya Cisauk Lapan No.80, Sampora, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten.
Meski kebijakannya berbeda dari kebanyakan rumah makan lain, pelanggan tetap setia. Bahkan mereka yang tidak berpuasa pun menghargai prinsip yang dipegangnya.
“Saya pernah bertanya kepada Uda Agus, kenapa beliau tetap bertahan dengan prinsip ini? Jawabannya sederhana tetapi menggetarkan hati: ‘Karena saya tidak mau menjadi bagian dari godaan bagi orang-orang yang sedang menjalankan ibadah puasa,” ujar Amin, salah satu pelanggan setianya.
Banyak yang mungkin bertanya, apakah keputusan ini tidak merugikan bisnisnya? Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Pelanggan tetap datang, bahkan semakin menghormatinya.
Mereka rela menunggu hingga azan maghrib berkumandang, karena mereka tahu makanan yang disajikan Uda Agus bukan hanya lezat, tetapi juga penuh keberkahan.
Terlepas dari kebijakan khusus selama Ramadan, RM Ampera Saiyo tetap menjadi favorit pecinta kuliner Padang, terutama di kalangan aparatur daerah Cisauk, Serpong, dan para pengusaha.
Rasa autentik khas Pariaman menjadi daya tarik utama. Kualitas ini tidak lepas dari dedikasi Uda Agus dalam mempertahankan resep tradisional, menggunakan bahan-bahan terbaik, dan memasak dengan teknik khas Minang yang diwariskan turun-temurun.
Sikap Uda Agus mendapat apresiasi dari Ustad Ahmad Rustam, Kepala Keagamaan DPD YLPK PERARI Provinsi Banten. Menurutnya, langkah yang diambil Uda Agus adalah contoh nyata bagaimana seorang Muslim bisa menjalankan bisnis tanpa mengorbankan nilai-nilai Islam.
“Di zaman sekarang, di mana banyak orang lebih mementingkan keuntungan daripada keberkahan, Uda Agus mengajarkan kepada kita bahwa rezeki yang halal dan penuh berkah jauh lebih bernilai. Ini bukan sekadar bisnis, tetapi juga dakwah dalam bentuk tindakan,” ujar Ustad Ahmad Rustam.
Dia juga menegaskan, sikap seperti ini seharusnya menjadi inspirasi bagi pengusaha Muslim lainnya. Menjalankan usaha bukan hanya soal mencari keuntungan, tetapi juga memastikan bahwa usaha tersebut tidak mengganggu orang lain dalam menjalankan ibadahnya.
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan instan, kisah Uda Agus mengajarkan kita arti kesabaran, keteguhan, dan keberkahan. Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menjaga integritas dan ketulusan hati.
Banyak orang berlomba-lomba mengejar keuntungan duniawi, tetapi lupa bahwa kehidupan ini hanya sementara.
Uda Agus memberikan kita pelajaran berharga bahwa bisnis yang dijalankan dengan prinsip yang kuat dan hati yang ikhlas akan membawa keberkahan lebih besar daripada sekadar keuntungan materi.
Saat kita menjalankan puasa, marilah kita mengambil hikmah dari kisah ini. Tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala hal yang bisa mengurangi makna ibadah. Ramadan bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang membentuk karakter yang lebih baik.
Semoga prinsip Uda Agus ini menjadi inspirasi bagi kita semua bahwa dalam setiap usaha, selalu ada pilihan: mengejar keuntungan semata atau mengejar keberkahan yang lebih abadi. (Oim)