Indonesia Darurat Aurat: Ustad Ahmad Rustam Soroti Maraknya Konten Vulgar di Hari Kartini
Tangerang — inovasiNews.com Peringatan Hari Kartini yang seharusnya menjadi refleksi perjuangan perempuan Indonesia justru dinodai oleh maraknya konten vulgar di media sosial. Di berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Tangerang, platform seperti TikTok ramai oleh tarian-tarian tidak senonoh yang jauh dari nilai-nilai yang diperjuangkan R.A. Kartini.
Fenomena ini memprihatinkan. Banyak perempuan muda bahkan anak di bawah umur tampil dewasa secara tidak pantas demi mengejar popularitas. Konten minim busana, bahkan hanya mengenakan pakaian dalam, menjadi pemandangan lazim. Situasi ini menimbulkan pertanyaan: inikah bentuk emansipasi yang diimpikan Kartini?
"Ini adalah bencana moral, bukan sekadar masalah algoritma," ujar Ustad Ahmad Rustam, aktivis kerohanian dan anggota DPD YLPK PERARI Provinsi Banten. Menurutnya, masyarakat tengah berada di fase darurat aurat, di mana harga diri perempuan dipertaruhkan demi viralitas.
Ia menambahkan, "Kita sedang berada di masa ketika anak-anak lebih mengenal filter TikTok daripada ayat Al-Qur’an. Ketika aurat lebih sering diumbar daripada ilmu dipelajari. Jika pemerintah daerah dan lembaga pendidikan tak segera ambil langkah nyata, kita sedang menggali lubang untuk generasi sendiri.”
Konten-konten sensual tersebut, menurut pengamatan masyarakat, tidak mendapat penanganan serius dari institusi terkait. Dinas Kominfo, Dinas Pendidikan, dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) dinilai belum menunjukkan langkah konkret dalam menyikapi fenomena ini.
Kartini bukanlah simbol kebebasan tanpa batas. Ia adalah pejuang ilmu dan kehormatan perempuan. Namun kini, makna emansipasi dinilai telah dibajak oleh budaya digital yang permisif. “Perempuan menjadi objek tontonan, bukan subjek perubahan,” tegas Ustad Rustam.
Islam, lanjutnya, telah memberikan panduan jelas terkait batasan aurat dan adab perempuan. Dalam QS. An-Nur ayat 31 dan QS. Al-Ahzab ayat 59, Allah memerintahkan perempuan beriman untuk menutup aurat dan menjaga kehormatan. Hadis Nabi juga menegaskan bahwa wanita adalah aurat yang wajib dijaga dari pandangan yang tidak halal.
Sebagai solusi, ia mengajak masyarakat untuk:
1. Melaporkan konten vulgar secara massal.
2. Menguatkan eksistensi kreator konten edukatif.
3. Membangun literasi digital di sekolah dan pesantren.
4. Mendorong peran aktif orang tua dalam mendampingi anak di dunia digital.
“Ketika negara abai pada nilai moral, kehancuran bukan lagi ancaman, tapi keniscayaan. Pemerintah daerah harus segera duduk bersama tokoh agama, pendidik, dan komunitas untuk merumuskan kebijakan dan edukasi menyeluruh,” pungkasnya.
Kartini sejati adalah perempuan yang berilmu, berakhlak, dan bermartabat. Bukan yang dimanipulasi oleh kapitalisme digital dan nafsu viral. Perempuan cerdas bukan yang viral karena auratnya, melainkan karena ilmu dan kontribusinya membangun bangsa.
(Oim)