Perjuangan Perempuan dalam Sejarah Bangsa: YLPK PERARI Banten Ajak Generasi Muda Mengenal Pahlawan Nasional Wanita
Banten — inovasiNews.com Dalam rangka memperingati semangat kepahlawanan nasional, YLPK PERARI DPD Provinsi Banten mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mengenal lebih dalam sosok-sosok Pahlawan Nasional Wanita Indonesia yang telah mencatatkan sejarah emas dalam perjuangan kemerdekaan dan pemberdayaan bangsa.
RizL, Ketua YLPK PERARI DPD Provinsi Banten menyampaikan bahwa mengenang perjuangan para pahlawan, khususnya perempuan, merupakan bagian dari tanggung jawab moral sebagai warga negara. “Kita harus meneladani semangat, keberanian, dan pengorbanan mereka, bukan hanya sebagai sejarah, tapi sebagai cermin nilai-nilai perjuangan masa kini,” ujarnya.
Menurut data resmi, hingga kini tercatat sedikitnya 17 tokoh perempuan telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah. Proses penetapan ini melewati kajian sejarah dan rekomendasi Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, serta Keputusan Presiden sebagai bentuk penghormatan negara.
Kriteria pahlawan nasional sendiri telah diatur dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, yang mencakup integritas moral, dedikasi tinggi dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan pengaruh positif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satu tokoh perempuan yang mendapat gelar tersebut adalah Martha Christina Tiahahu dari Maluku. Ia dikenal berani mengangkat senjata di usia muda melawan penjajah Belanda. Kisahnya menggugah karena ia gugur dalam perjalanan pengasingan, menolak makan dan berobat hingga wafat di kapal menuju Pulau Jawa.
Contoh lain adalah Laksamana Malahayati dari Aceh, pemimpin pasukan Inong Balee yang terdiri dari para janda syuhada perang. Ia memimpin penyerangan terhadap Cornelis de Houtman dan gugur pada tahun 1615 saat mempertahankan tanah air dari serangan Portugis.
Tidak kalah menginspirasi, Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia, dua perempuan dari Aceh yang memimpin perlawanan rakyat terhadap kolonialisme Belanda. Dengan semangat juang luar biasa, mereka menolak tunduk hingga akhir hayat.
Dalam catatan sejarah juga terdapat R.A. Kartini dari Jepara, tokoh emansipasi perempuan Indonesia yang perjuangannya melalui tulisan dan pemikiran telah menginspirasi bangsa, hingga hari kelahirannya ditetapkan sebagai Hari Kartini.
Ustad Ahmad Rustam, aktivis kerohanian sekaligus anggota DPD YLPK PERARI Provinsi Banten, menegaskan pentingnya memperkenalkan kembali tokoh-tokoh perempuan ini kepada generasi milenial.
"Keteladanan para pahlawan perempuan bukan hanya soal keberanian fisik, tapi juga akhlak, keteguhan iman, dan keikhlasan. Ini sangat relevan untuk membangun karakter bangsa hari ini," tegasnya.
Beberapa nama lainnya seperti Dewi Sartika dari Jawa Barat, Maria Walanda Maramis dari Minahasa, HR. Rasuna Said dari Sumatera Barat, hingga Fatmawati Soekarno, penjahit bendera Merah Putih pertama, menunjukkan bahwa perempuan Indonesia memiliki andil besar dalam perjalanan bangsa.
Namun, berdasarkan pantauan lapangan, dugaan minimnya pemahaman generasi muda terhadap sejarah pahlawan wanita menunjukkan perlunya sinergi antara lembaga pendidikan, tokoh agama, dan media dalam menyebarluaskan narasi kebangsaan yang bersifat edukatif.
YLPK PERARI Banten berkomitmen untuk terus menyuarakan edukasi publik melalui media massa dan kegiatan sosial. “Pahlawan tidak menuntut dikenang, tetapi bangsa besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa-jasa para pahlawannya,” tutup Rizal, Ketua YLPK PERARI DPD Provinsi Banten dalam pernyataannya.
Rilisan ini menjadi pengingat bahwa sejarah bukan sekadar deretan nama, tetapi pijakan untuk masa depan. Mari jadikan semangat para pahlawan sebagai motivasi untuk membangun negeri yang adil, berdaulat, dan berakhlak mulia.
(Oim)