QRIS Sukses, Tapi Inovasi Sejati Anak Bangsa Terkubur: Apa Yang Perlu Kita Renungkan?
Tanggerang - inovasiNews.com Ketakutan terbesar yang menyebabkan berbagai penemuan anak bangsa terabaikan adalah keterbatasan dalam kemampuan pemerintah untuk mengelola dan mengawal perubahan besar. QRIS, meskipun penting, hanya menyentuh sektor pembayaran dan transaksi digital yang tidak mengganggu struktur ekonomi secara fundamental. Berbeda halnya dengan inovasi seperti mobil listrik dan bahan bakar nabati, yang menuntut transformasi besar dalam sektor energi dan transportasi.
Pemerintah tampaknya masih berhati-hati dalam menghadapi risiko ketidakpastian yang melekat pada inovasi besar, khususnya yang berpotensi menggoyang industri-industri mapan. Inovasi semacam ini memerlukan penyesuaian infrastruktur secara luas, investasi waktu dan biaya yang tidak kecil, serta keberanian yang hingga kini belum sepenuhnya terwujud.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan inovasi seperti mobil listrik dan bahan bakar nabati kurang berkembang adalah kehati-hatian regulator dalam merumuskan kebijakan yang progresif. Industri energi fosil dan otomotif memiliki peran besar dalam perekonomian nasional, sehingga perubahan pada sektor ini menimbulkan kekhawatiran akan stabilitas ekonomi.
Alih-alih mengelola perubahan tersebut, pemerintah cenderung menunda keputusan atau bahkan mengabaikan inovasi yang sejatinya memiliki potensi besar untuk membawa Indonesia menjadi pemimpin dalam transisi energi hijau. Sebaliknya, QRIS lebih mudah diterima karena tidak menimbulkan banyak resistensi dari struktur ekonomi yang ada, serta lebih sederhana dalam hal regulasi.
Kebijakan pemerintah sering kali berfokus pada penguatan sektor yang sudah mapan, dan enggan mengambil risiko dalam mendukung perubahan yang bersifat fundamental. QRIS, sebagai sistem pembayaran digital, memerlukan adaptasi yang relatif sederhana. Sedangkan mobil listrik, bahan bakar nabati, dan bahkan komoditas seperti jahe merah, menuntut reformasi menyeluruh di berbagai bidang dari energi, transportasi, hingga kesehatan.
Penemuan-penemuan ini memiliki potensi luar biasa. Mobil listrik dan bahan bakar nabati, misalnya, dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada energi fosil, menurunkan tingkat polusi, dan menjadikan negara ini pemain utama dalam teknologi energi terbarukan. Namun, tanpa keberanian untuk mempercepat regulasi yang mendukung, potensi tersebut akan tetap menjadi mimpi yang tertunda.
Demikian pula, jahe merah tanaman khas Indonesia memiliki peluang besar menjadi bahan baku obat anti-inflamasi kelas dunia. Sayangnya, riset dan pengembangan yang kurang memadai, serta belum adanya regulasi yang memfasilitasi industri herbal nasional, membuat potensi ini belum tergarap optimal.
Sementara QRIS berhasil diimplementasikan karena menuntut perubahan yang lebih ringan, inovasi di bidang energi dan kesehatan membutuhkan transformasi struktural yang jauh lebih besar. Pemerintah perlu mengambil langkah berani untuk mendorong penemuan yang benar-benar strategis bagi kemandirian bangsa.
Harapan kita ke depan adalah agar pemerintah dan regulator mampu melangkah lebih progresif dalam mendukung inovasi anak bangsa. Dukungan terhadap mobil listrik, bahan bakar nabati, dan jahe merah bukan hanya akan memperkuat perekonomian nasional, tetapi juga menempatkan Indonesia sebagai pelopor dalam industri hijau dan kesehatan alami di dunia.
Ustad Ahmad Rustam, aktivis kerohanian dan anggota DPD YLPK PERARI Provinsi Banten:
"Kita harus belajar untuk tidak takut dengan perubahan, dan lebih berani mendukung apa yang bisa menguntungkan bangsa ini. Jika kita terus terlena dengan ketakutan akan risiko, kita akan terus terperosok dalam ketertinggalan."
Pernyataan ini menjadi pengingat bagi kita semua: bahwa dukungan terhadap karya anak bangsa adalah kunci untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih cerah, mandiri, dan berdaya saing global.
Indonesia memiliki sumber daya dan talenta yang luar biasa. Namun, tanpa keberanian untuk mengelola perubahan besar, potensi tersebut akan terus terhambat. Kini bukan saatnya lagi menunda. Sudah waktunya Indonesia keluar dari bayang-bayang ketakutan dan melangkah maju dengan penuh percaya diri menuju masa depan yang lebih hijau, sehat, dan mandiri.
(Oim)